Sabtu, 14 Januari 2017

IWAN FALS


Nama lahir : Virgiawan Listanto
Nama lain :Iwan Fals
Lahir : 3 September 1961 (umur 55)
Jakarta, Indonesia

Pekerjaan:
penyanyi
aktor
Tahun aktif1975 - sekarang
Jenis musik: Balada, Pop, Rock, Country
Perusahaan rekaman :
Musica Studio's (1981-sekarang)
Le Moesiek Revole (2015-sekarang)
Billboard indonesia (distributor 2016-)

Istri : Hj. Rosana (1980-Sekarang)
Anak :
Galang Rambu Anarki
(Lahir 1 Januari 1982, Meninggal 25 April 1997)
Annisa Cikal Rambu Bassae (Lahir Tahun 1985)
Raya Rambu Rabbani (Lahir 22 Januari 2003)

Orang tua :
Ayah : alm. Harsoyo
Ibu : Lies Suudijah

Almamater : STP (Sekolah Tinggi Publisistik)
Agama : Islam

Keluarga :

Iwan Fals yang bernama lahir Virgiawan Listanto
(lahir di Jakarta, 3 September 1961; umur 55 tahun)
adalah seorang Penyanyi beraliran Balada, Pop, Rock, dan
Country yang menjadi salah satu legenda di Indonesia.

Iwan lahir dari pasangan
Lies Suudijah asal Tasikmalaya(ibu) dan
(alm) Kolonel Anumerta Sucipto asal Jawa
merupakan anak petinggi di pabrik Gula Kalibagor,
Jawa Tengah. (ayah).

Iwan menikahi Rosana yang akrab disapa
"Mbak Yos" pada tahun 1980, hasil dari pernikahannya
Iwan memiliki tiga anak yaitu,
(alm) Galang Rambu Anarki (1 Januari 1982 - April 1997),
Annisa Cikal Rambu Bassae (1985),
dan Raya Rambu Rabbani (22 Januari 2003).

Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik.
Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda
dengan yang telah menjadi trademark ayahnya.
Galang kemudian menjadi gitaris kelompok BUNGA
dan sempat merilis satu album perdana menjelang
kematiannya tahun 1997.
Setelah Meninggalnya Galang Rambu Anarki
lalu Iwan Fals Mendirikan Sebuah Ormas Berbentuk
Fans yaitu OI (Orang Indonesia)
Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan,
berjudul Galang Rambu Anarki pada album Opini,
yang bercerita tentang kegelisahan orang tua
menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai
imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1982
yaitu pada hari kelahiran Galang (1 Januari 1982).

Nama Cikal sebagai putri kedua juga diabadikan
sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang
terbit tahun 1991.
Sebelumnya Cikal juga pernah dibuatkan lagu dengan
judul Anisa pada tahun 1986.
Rencananya lagu ini dimasukkan dalam album
Aku Sayang Kamu, namun dibatalkan.
Lirik lagu ini cukup kritis sehingga perusahaan
rekaman batal menyertakannya.
Pada cover album Aku Sayang Kamu terutama
cetakan awal, pada bagian penata musik masih
tertulis kata Anissa.

Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan April 1997
secara mendadak yang membuat aktivitas bermusik
Iwan Fals sempat vakum selama beberapa tahun.
Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals
di desa Kp. Leuwinanggung No. 19 Tapos,
Depok Jawa Barat.
Sepeninggal Galang, Iwan sering menyibukkan diri
dengan melukis dan berlatih bela diri.
Pada tahun 1999, Iwan berkolaborasi dengan Farid Bento.
Pada tahun 2002, Iwan mulai aktif lagi membuat album
setelah sekian lama menyendiri.
Dia pun mulai bangkit dengan munculnya album
Suara Hati yang di dalamnya terdapat lagu Hadapi Saja
yang bercerita tentang kehilangan Galang.
Pada lagu ini istri Iwan Fals (Ros) juga ikut
menyumbangkan suaranya.

Sejak meninggalnya Galang Rambu Anarki,
warna dan gaya bermusik Iwan Fals terasa berbeda.
Dia tidak segarang dan tidak seliar dahulu.
Lirik-lirik lagunya lebih mendalam dan religius.
Iwan Fals juga sempat membawakan lagu-lagu bertema
cinta baik karangannya sendiri maupun dari orang lain.

Pada tanggal 22 Januari 2003,
Iwan Fals dianugerahi seorang anak lelaki yang diberi
nama Raya Rambu Rabbani.
Kelahiran putra ketiganya ini seakan menjadi pengganti
almarhum Galang Rambu Anarki dan banyak memberi
inspirasi dalam dunia musik seorang Iwan Fals.

Di luar musik dan lirik,
penampilan Iwan Fals juga berubah total.
Saat putra pertamanya meninggal dunia,
Iwan Fals mencukur habis rambut panjangnya
hingga gundul.
Sekarang dia berpenampilan lebih bersahaja,
rambut berpotongan rapi disisir juga kumis dan
jenggotnya dihilangkan.
Dari sisi pakaian, dia lebih sering menggunakan kemeja
yang dimasukkan pada setiap kesempatan tampil di
depan publik, sangat jauh berbeda dengan penampilannya
dahulu yang lebih sering memakai kaus oblong bahkan
bertelanjang dada dengan rambut panjang tidak teratur
dan kumis tebal.

Peranan istrinya juga menjadi penting sejak putra
pertamanya tiada.
Rosana menjadi manajer pribadi Iwan Fals yang
mengatur segala jadwal kegiatan dan kontrak.
Dengan adanya Iwan Fals Manajemen (IFM),
Fals lebih profesional dalam berkarier.

Karier :

Lewat lagu-lagunya, ia 'memotret' suasana sosial
kehidupan Indonesia pada akhir tahun 70'an
hingga sekarang, kehidupan dunia pada umumnya,
dan kehidupan itu sendiri.
Kritik atas perilaku sekelompok orang
(seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa),
empati bagi kelompok marginal
(misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku),
atau bencana besar yang melanda Indonesia
(atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia)
mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya.
Namun, Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu
ciptaannya sendiri tetapi juga sejumlah pencipta lain.

Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga,
pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional
dan Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989,
sempat masuk pelatnas dan melatih karate
di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik).
Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid
olah raga.

Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar.
Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'.
Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya
yang tersebar di seluruh nusantara.
Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan
sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999
yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa
dikenal dengan seruan OI.
Yayasan ini mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals.
Hingga sekarang kantor cabang OI dapat ditemui di setiap
penjuru nusantara dan beberapa bahkan sampai ke
mancanegara.

Biografi :

Masa kecil Iwan Fals atau yang biasa kita kenal sebagai
Iwan dihabiskan di Bandung, kemudian di Jeddah, Arab
Saudi, selama 8 bulan.
Bakat musiknya makin terasah di usianya yang ke-13 tahun,
saat Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan
mengamen di Bandung.
Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda atau belu
tua bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya
bergitar dan mencipta lagu. Ketika di SMP, Iwan menjadi
gitaris dalam paduan suara sekolah.

Selanjutnya, datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta
dari seorang produser. Ia lalu menjual sepeda motornya
untuk biaya membuat master.
Iwan rekaman album pertama bersama rekan-rekannya,
Toto Gunarto, Helmi Bahfen, dan Bambang Bule yang
tergabung dalam Amburadul, namun album tersebut gagal di
pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi
sebagai pengamen.
Album ini sekarang menjadi buruan para kolektor
serta fans fanatik Iwan Fals.

Setelah dapat juara di festival musik country,
Iwan ikut festival lagu humor. Arwah Setiawan (almarhum),
lagu-lagu humor milik Iwan sempat direkam bersama
Pepeng, Krisna, dan Nana Krip serta diproduksi
oleh ABC Records, tetapi juga gagal dan hanya dikonsumsi
oleh kalangan tertentu saja.
Sampai akhirnya, perjalanan Iwan bekerja sama dengan
Musica Studio. Sebelum ke Musica,
Iwan sudah rekaman sekitar 4-5 album.
Di Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap lebih serius.
Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani
oleh Willy Soemantri.

Iwan tetap menjalani profesinya sebagai pengamen.
Ia mengamen dengan mendatangi rumah-rumah satu demi
satu, kadang di Pasar Kaget atau Blok M.
Album Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan
Iwan mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi.
Ia kemudian sempat masuk televisi setelah tahun 1987.
Saat acara Manasuka Siaran Niaga disiarkan di TVRI,
lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI.
Ketika anak kedua Iwan, Cikal lahir tahun 1985,
kegiatan mengamen langsung dihentikan.

Selama Orde Baru,
banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang
dan dibatalkan oleh aparat pemerintah,
karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat
memancing kerusuhan.
Pada awal kariernya,
Iwan Fals banyak membuat lagu yang bertema kritikan
terhadap pemerintah.
Beberapa lagu itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras
pada masanya, sehingga perusahaan rekaman yang
memayungi Iwan Fals enggan atau lebih tepatnya tidak
berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam
album untuk dijual bebas.
Belakangan Iwan Fals juga mengakui kalau pada saat itu dia
sendiri juga tidak tertarik untuk memasukkan lagu-lagu
ini ke dalam album.

Rekaman lagu-lagu yang tidak dipasarkan tersebut
kemudian sempat diputar di stasiun radio 8EH Institut
Teknologi Bandug.
Iwan Fals juga pernah menyanyikan lagu-lagu tersebut
dalam beberapa konser musik, yang mengakibatkan dia
berulang kali harus berurusan dengan pihak keamanan
dengan alasan lirik lagu yang dinyanyikan dapat
mengganggu stabilitas negara.
Beberapa konser musiknya pada tahun 80'an juga sempat
disabotase dengan cara memadamkan aliran listrik dan
pernah juga dibubarkan secara paksa hanya karena
Iwan Fals membawakan lirik lagu yang menyindir
penguasa saat itu.

Pada bulan April tahun 1984
Iwan Fals harus berurusan dengan aparat keamanan dan
sempat ditahan dan diinterogasi selama 2 minggu gara-gara
menyanyikan lirik lagu Demokrasi Nasi dan Pola Sederhana
juga Mbak Tini pada sebuah konser di Pekanbaru.
Sejak kejadian itu, Iwan Fals dan keluarganya sering
mendapatkan teror.
Hanya segelintir fans fanatik Iwan Fals yang masih
menyimpan rekaman lagu-lagu ini, dan sekarang menjadi
koleksi yang sangat berharga.

Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan
merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan
semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar
yang sangat fenomenal.
Perjalanan karier Iwan Fals terus menanjak ketika dia
bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang didukung
penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi.
Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang
dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah
sepanjang sejarah musik Indonesia.

Setelah kontrak dengan SWAMI
yang menghasilkan dua album (SWAMI dan SWAMI II)
berakhir, dan di sela Kantata (yang menghasilkan Kantata
Takwa dan Kantata Samsara), Iwan Fals masih meluncurkan
album-album solo maupun bersama kelompok seperti album
Dalbo yang dikerjakan bersama sebagian mantan
personel SWAMI.

Sejak meluncurnya album Suara Hati pada 2002,
Iwan Fals telah memiliki kelompok musisi pengiring
yang tetap dan selalu menyertai dalam setiap pengerjaan
album maupun konser.
Menariknya, dalam seluruh alat musik yang digunakan
baik oleh Iwan fals maupun band-nya pada setiap
penampilan di depan publik tidak pernah terlihat
merek maupun logo.
Seluruh identitas tersebut selalu ditutupi atau dihilangkan.
Pada panggung yang menjadi dunianya,
Iwan Fals tidak pernah mengizinkan ada logo atau tulisan
sponsor terpampang untuk menjaga idealismenya yang
tidak mau dianggap menjadi wakil dari produk tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar